Pages

Merindukan Harmoni

September 27, 2019


Para mahasiswa dan mahasiswi
Dengan semangat yang berapi-api
Mengeluarkan segala aspirasi
Menuntut keadilan akan oligarki
Demi mencapai rekonsilisasi
Untuk kemajuan Negara ini
Terimakasih tak terhingga dari kami
Yang mendoakanmu setulus hati

Kepada aparat TNI dan kepolisian
Banyak korban telah berjatuhan
Kalian semua disalahkan
Dituntut akan pertanggung jawaban
Tetapi saya masih punya harapan
Bahwa kalian berperi kemanusiaan
Bertugas menjaga perdamaian
Bagi para demonstran
Terimakasih kami ucapkan
Semoga dibalas oleh Tuhan
Pahala untuk segala perjuangan

Dari saya,
Seseorang yang ingin hidup dalam kedamaian.






Karya : Esti Viriana.

Bullying Pt. 2 (Execution)

September 16, 2019





Masih ingat dengan kasus bullying yang menimpa sepupuku, Melati?

Aku akan menceritakan bagaimana perkembangannya sekarang.

Begini kabar terbarunya,
­­­­­­­­­­­­­­­­______________________________________________________________________________

Jadi pada tanggal 14 September 2019, Om Bre -om nya Melati yang bekerja sebagai polisi dibidang Forensik- beserta teman beliau datang ke Kota ****** untuk menangani kasus yang menimpa Melati. Om Bre beserta seluruh keluarganya Melati mendatangi Polres ****** untuk melaporkan kasus kekerasan yang dialami oleh Melati.
Paijah beserta Saepul namanya sudah tercatat sebagai terlapor, dan dituntut dengan pasal 351 sub 352 sub 170 KUHP.


________________________________________________________________

Aku sebenernya pengen kalian googling sendiri isinya, tapi karena aku tahu kalau kalian itu males WKWKWKWK, jadi aku akan jelaskan sedikit. Btw, aku bukan orang hukum, jadi aku mengutip dari jurnal.

  • Pasal 351 KUHP (Penganiayaan biasa) dirumuskan, antara lain:
    1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
    2. Jika   perbuatan   mengakibatkan   luka-luka   berat   yang   bersalah   dikenakan   penjara paling lama lima tahun.
    3. Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
    4. Dengan penganiayaan disamakan merusak kesehatan.
    5. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
  • Pasal 352 KUHP (Penganiayaan ringan) dirumuskan, antara lain:
    1. Kecuali yang tersebut dalam Pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak  menimbulkan  penyakit  atau  halangan  untuk  menjalankan  pekerjaan  jabatan  atau  pencaharian  diancam  sebagai  penganiayaan  ringan,  dengan  pidana penjara paling lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
    2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
  • Pasal 170 KUHP dirumuskan, antara lain:
    1. Barangsiapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.
    2. Yang bersalah diancam : a. dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika ia dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka; b. dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, jika kekerasan mengakibatkan luka berat; c. dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut.
    3. Pasal 89 tidak diterapkan.
Itu hanya sebagian kecilnya, di jurnal juga sudah dijelaskan beberapa pasal tentang penganiayaan. Aku ambil info tersebut dari 2 jurnal, untuk lebih jelasnya kalian bisa akses jurnalnya di sini dan di sini

Lihat kan berapa banyak pasal tentang penganiayaan?

Jadi sebenci-bencinya sama seseorang, tolongggggg sekali mikir-mikir dulu sebelum melakukan suatu kebodohan dengan cara menyakiti. Remember, Karma does exist. Kalau kalian disakiti, cepat atau lambat pasti orang yang udah menyakiti kalian bakal dapet balesannya, begitupun sebaliknya. I believe that. Kalau nggak dapet balesan di dunia, ya biar akhirat yang nge-take over­.

Untuk selanjutnya, biarlah kasus ini berjalan sebagaimana semestinya. Apapun hukuman yang akan diterima oleh Paijah dan Saepul semoga bisa memberikan efek jera pada keduanya. Dan semoga teman-teman sekalian tidak ada yang mengalami hal seperti ini. Sebagai korban, maupun sebagai pelaku.

Ini pelajaran untuk kita semua, agar selalu hati-hati dimanapun, dan kapanpun.

Untuk kalian yang pernah menjadi korban bullying, please talk to someone you can trust like your family, friends, or a psychologist etc. You’re not alone. Masih banyak orang baik yang mau bantu kamu, masih banyak orang yang sayang sama kamu. Hanya karena ada beberapa orang yang membenci atau menyakiti kamu, itu bukan berarti kamu tidak berharga.

You’re worthy…
We’re worthy…

Jika tidak bersalah, jangan takut untuk melawan.
Harga diri, adalah harga mati.
Berjuanglah sampai titik darah penghabisan.
Karena kita semua berarti.



Malang, 16 September 2019.

Bullying (Chronology)

September 14, 2019




Saturday, September 14, 2019

Hai, mau cerita nih, tentang hal – hal yang dari dulu sampai sekarang tetap exist yaitu Bullying.

Apa sih Bullying itu?

Menurut Black dan Jackson (2007), bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif yang di-dalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.

Well, ngomongin bullying ini seperti aku berkaca. Dulu sekali ketika masih di bangku Sekolah Dasar, aku pernah jadi pelaku bullying.

Kok bisa?

Sadar nggak sih, dulu kita selalu bergerombol dengan satu kelompok pertemanan, kemudian apabila salah satu teman kita dari kelompok tersebut tidak suka dengan seseorang, otomatis teman se-gengnya bakal ikutan musuhin orang itu. Padahal mereka nggak ada urusan dengan orang tersebut. Hanya terpengaruh dengan kata-kata seseorang yang kita anggap teman, itu menjadikan kita ikut berpikir dengan cara yang sama. Padahal seharusnya, kalau ada temanmu punya masalah dengan orang lain, ya biarlah itu menjadi masalahnya dengan orang tersebut. Kamu nggak perlu ikutan membenci apalagi sampai ikutan merundung orang itu. Karena kamu nggak ada sangkut pautnya.

Tapi karena dulu, aku sadar mungkin pikiranku masih belum sampai ke arah sana, dan tidak ada yang memberitahuku apa itu bullying, bagaimana perilaku bullying, dan bagaimana cara mencegah untuk tidak jadi pelaku ataupun korban bullying. Jadi pada masa itu, aku dengan bodohnya gampang terpancing dengan omongan-omongan teman-temanku yang sebenernya mereka nggak punya alasan yang spesifik untuk membenci orang lain. Ah, atau aku harus bilang kalau kata membenci di sini adalah sebuah iri? Ya… aku yakin pada waktu itu membenci seseorang adalah suatu ke-iri-an terhadap yang lain.

Mungkin kalian juga pernah jadi korban bullying? atau malah jadi pelakunya?

Jadi sekarang setiap adanya masalah tentang bullying, aku selalu merenung dan menyesali perbuatanku dulu terhadap teman-temanku yang mungkin pernah aku musuhin tanpa alasan yang jelas. Aku benar-benar minta maaf. Tapi ketika kelas 6, dan acara kelulusan, sebenernya kita udah saling maaf-maaf an. Dan Alhamdulillah, hal itu tidak pernah terulang kembali dalam kehidupanku. Ya, kita berpisah secara baik-baik, dan aku lega.

Karena tidak suka bermusuhan lama-lama dengan seseorang, dan tidak suka sebuah ketidak jelasan. Jadi aku pasti beberapa hari kemudian bakal confirm ke orang yang aku musuhin itu, sebenenya masalah apa yang terjadi sampai teman se-geng ku itu musuhin dia. (Dulu kan geng-geng an fren, berkelompok gitu loh, kamu cocoknya maen sama siapa ya itu yang jadi temanmu terus. Gitu. Wkwkwk). Dan pas dia cerita, eh aku jadi balik sebel ke temen se geng ku. Gini loh karena udah tau dari dua perspektif, jadi tau masalahnya itu apa. Wah aku baru sadar kalo dari dulu aku orangnya objektif banget LOL. Akhirnya ya habis temen se geng ku itu aku sidang (ciyeileh bahasanya), akhirnya dia juga nyadar diri, bahwa kebenciannya itu nggak penting. Dan akhirnya temenan deh kita semuaaaa. Yeeeee…

Satu hal yang aku syukuri adalah bullying yang aku lakukan dulu sekedar bergunjing di belakang, dan tidak menemani nya selama beberapa hari saja (ya karena aku males kalo harus punya musuh gitu lo, kayak nggak penting banget ngapain musuhin orang segala. Makanya habis beberapa hari pasti ya bakal ngomong ke orang yang bersangkutan. Anjir kalo keinget jadi pengen bego-begoin diri sendiri). Tanpa melibatkan kata-kata verbal yang sampai menyakiti psikis orang tersebut, ataupun sampai ke arah menyakiti secara fisik. Kalau sampai aku melakukan salah satu dari keduanya, aku yakin sampai sekarang pasti rasanya sulit untuk memaafkan diriku sendiri.

Untungnya, semakin banyak aku belajar dan semakin banyak aku membaca, aku bisa melihat dari berbagai perspektif. 

Dan sebenernya hal di atas adalah prolog sebelum kita masuk ke inti WKWKWK. Monmaap kepanjangan. Soalnya sekalian sebagai pengakuan dosa biar nggak ngeganjel.

Biasanya nih aku cuma baca-baca berita tentang pem-bully-an tuh kalau nggak di portal berita, ya di medsos. Kan biasanya kalo sampai udah masuk berita dan viral itu tuh bener-bener bullying yang udah parah banget. Jadi suka kesel sendiri bacanya. Trus tiba-tiba kemarin dapat kabar dari sodara sendiri, bahwa dia habis jadi korban pem-bully­-an. Bukan hanya verbal saja, tapi udah sampai ke fisik.

Begini kronologi-nya.
________________________________________________________________

Pada Selasa, 3 September 2019, pkl. 22.13 WIB. Sepupu perempuan ku -sebut saja dia Melati- menerima sebuah pesan di WA nya dari nomor tak dikenal. Aku akan cantumkan screenshoot nya di sini.



Jujur sekali, aku jijik melihat balasan orang nggak jelas ini –kita sebut saja dia sebagai Saepul-. Dan kalian lihat sendiri bagaimana respon Melati terhadap si Saepul kan?

Kalau seandainya aku yang jadi Melati, dari mulai Saepul mengirim chat keduanya,

“Tiadakah kesan atas salam saya untukmu?”
langsung ku bales,
“Ente bukan Fiersa Besari jadi nggak usah sok puitis, nggak cocok, jijik gue.”
Kemudian Block.

Sok-sok an mau jadi orang yang puitis tapi malah jatohnya cringe. Ah jadi pengen banting hape orang.

Nah, setelah Saepul mengirim selfie nya, Melati tau orang itu adalah sang mantan yang sudah putus dan  tidak pernah kontakan lagi sejak 3 tahun lalu.

Aku mau kasih info dulu, Melati ini maba di Kampus yang ada di kota ******. Angkatan 2019. Dia kost. Rumah Keluarga Melati berada di kota tetangga.

Berarti ketika Melati dan Saepul ini menjalin kasih, pada saat itu Melati masih menjadi siswi Sekolah Menengah Pertama. Sebelum kalian nge-judge atau mungkin punya pikiran, “Lah masih SMP aja udah pacaran, pantes aja. Dasar anak jaman sekarang”. Aku beri tahu, dulu waktu jaman ku SMP, pertengahan tahun 2006 itu aku kelas 7, kakak-kakak kelas ku banyak sekali yang pacaran, even temen-temen seangkatanku pas kelas 8 atau kelas 9 pun banyak juga yang pacaran. Jadi please, ini nggak ada bedanya antara anak jaman sekarang atau anak yang lahir tahun 90-an.

Setelah Melati tahu bahwa orang itu adalah Saepul, dia sempat membalas hanya untuk memberitahu bahwa mereka berdua sudah tidak perlu berhubungan apapun kembali, dan Melati juga sudah memaafkan kesalahan Saepul pada jaman dulu (entah kesalahan apa ya bukan urusanku).

Keesokan harinya, yaitu Rabu, 4 September 2019. Sehabis Melati selesai kelas, ketika dia akan memasuki lift, tiba-tiba dia diseret oleh seorang perempuan yang memakai masker (bukan masker untuk skincare lho WKWKWK). Melati sudah meronta-ronta, tetapi mungkin karena Melati tubuhnya kurus kerempeng, jadi kekuatannya tidak sebanding dengan perempuan yang menyeretnya (serius ini tidak ada adegan yang aku tambah-tambahi untuk mendramatisir).

Melati diseret ke ruangan yang diperuntukkan untuk sidang skripsi. Apakah Melati sebagai maba akan disidang skripsi? Tentu saja tidak semudah itu marimar, dia masih belum tahu bagaimana susahnya menyusun skripsi dari bab 1 sampai bab 5. Apalagi pengajuan judul yang ahhh sudahlah.

Lanjut.

Ternyata memang Melati akan di sidang, tapi bukan sidang skripsi, melainkan sidang pem-bully-an. Di ruangan ini, sudah ada laki-laki yang menunggu, dan dia adalah Saepul. Pelaku yang menyeret Melati tadi yang tak lain dan tak bukan merupakan kekasih dari Saepul, sebut saja dia Paijah. Mereka berdua ini merupakan kakak tingkat Melati di Kampus tersebut. Saepul dan Paijah merupakan mahasiswa semester 7, yang berarti angkatan 2016. Fyi, Paijah ini merupakan anak dari dosen di Kampus tersebut. Mungkin itu yang membuat Paijah berani berlaku semena-mena.

Kenapa Paijah tiba-tiba menyerang Melati?
Karena ternyata Saepul sudah memfitnah Melati pemirsa, Saepul bilang ke Paijah, bahwa Melati berusaha menggodanya, alias ganjen. Tentu saja itu yang membuat Paijah murka pada Melati. Dan Paijah tidak mau mendengarkan penjelasan dari Melati, langsung saja dia menyerang Melati dengan brutal, menampar, mencakar, bahkan hidung Melati juga ikut terkena sasaran jotos dari Paijah. Melati sudah meronta-ronta dari si rubah betina, tetapi itu tidak membantu banyak. Tangan Melati diinjak oleh Paijah, kemudian Paijah langsung merebut hapenya si Melati.

Dan kalian pasti bertanya-tanya apa yang dilakukan oleh Saipul. Ya, Saepul hanya diam saja menyaksikan sang kekasih memukuli sang mantan. Dan yang bikin aku ingin memaki adalah, Paijah menyuruh si Saepul ini untuk memukul Melati, ditamparlah Melati walaupun dengan hanya tepukan di pipi, tapi Melati langsung murka dan bilang “Ayahku aja nggak pernah mukul aku, kok kamu yang bukan siapa-siapa berani mukul.” Dari situ si rubah betina murka, dan tetap memaksa si Saepul untuk menampar Melati lagi. Tapi Melati tidak sebodoh itu, dia membela diri, dan tidak pasrah ketika penyerangan. Dan masih aja si Jaenab ini, eh salah, maksutnya si Paijah ini nggak terima. Dia tanya ke Saepul, mau pilih dirinya atau Melati. Saepul jawab, pilih Paijah (Man, ini sinetron banget sih serius, aku eneg Ya Allah, ingin banting laptop tetangga)

Ya Melati merasa nggak terima lah kalau dia diikutkan jadi bahan pilihan. Melati bilang, “Mbak, aku nggak mau sama Saepul, dan aku udah dari dulu nggak pengen berhubungan lagi sama dia. Jadi nggak perlu melibatkan aku. Aku kan juga udah bilang punya bukti chat nya si Saepul, dan aku udah tegasin ke dia juga kalau anggep aja kita nggak pernah kenal.” Diemlah mereka bertiga, selama 15 menit, kagak tau deh yang dipikirin Saepul dan Paijah itu apa, kayaknya mereka udah nggak ada argumen lagi buat menekan si Melati. Melati menunggu hapenya dikembalikan, makanya kenapa dia juga masih diem di sana. Langsung si rubah betina meminta Melati untuk minta maaf ke dia (ini bangkai bgt sih, yang salah siapa, yang nyerang siapa, yang disuruh minta maaf siapa. Wah sakit jiwa emang nih si ijah). Akhirnya dengan perasaan dongkol, dan dengan tidak ikhlas Melati meminta maaf walaupun dia tidak salah apa-apa, kemudian hapenya diberikan, dan Melati pergi dengan perasaan dan harga diri yang sudah terinjak.

Sayang sekali Melati tidak berani berteriak pada waktu itu, padahal di luar ruangan tersebut sangat ramai. Jangan kalian bodohkan si Melati, dia punya alasan untuk tidak melakukan itu. Melati tidak mau hanya gara-gara masalah laki-laki, semua jadi ramai. Melati malu. Apalagi kalau sampai keluarganya tahu masalah ini. Dia tidak ingin mempermalukan keluarganya hanya gara-gara masalah yang ah sudahlah. Padahal Melati tidak bersalah, dia sama sekali tidak berhubungan dengan Saepul semenjak mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan. Sampai pada saat kemarin Saepul yang tiba-tiba saja menghubungi si Melati duluan.

Di dalam ruangan tersebut juga tidak ada CCTV, jadi tidak ada yang merekam kejadian. Satu-satu nya bukti yang dipunyai Melati adalah chat dari Saepul dan foto-foto luka di tangan. Melati tidak sebodoh itu pemirsa, dia sudah meng-capture­ bukti chat yang dikirim oleh Saepul. Kalian bisa lihat screenshoot-an­ di atas.

Melati tadi sempat bilang kan kalau dia punya bukti chat nya Saepul, dan tau apa yang dilakukan Saepul?



Yaaaapppp. Dia pengecut pemirsaaaa. Memang ya udah jiwa-jiwa bencong ya gini. Ingin sekali aku melemparkannya ke Lubang Buaya.

Walaupun Melati tidak sempat meng-capture semuanya, tapi capture an yang paling atas tadi sudah bisa dibuat sebagai bukti. Dan kalian bisa lihat juga pada screenshoot an di atas ini, Saepul sempat meminta untuk vidcall, tapi diabaikan oleh Melati. Lihat juga respon Melati, dia sudah minta si Saepul untuk tidak perlu repot-repot menghubungi dia lagi. Dengan sopan loh, itu nggak ada nyolot-nyolotnya sama sekali. Si Melati mintanya baik-baik.
Mungkin Saipul merasa tidak terima ketika chat nya diabaikan dan Melati bersikap cuek kepadanya, makanya Saepul dengan otak udangnya mengarang cerita kepada Paijah, dan terjadilah penyerangan pada hari itu.

Setelah penyerangan, entah pada waktu itu Melati masih ada kelas atau tidak aku kurang tahu. Tetapi pada saat Melati sudah di indekos, dia menangis, dan sudah tidak tahan memendam semuanya. Selain batinnya yang terluka, fisiknya pun sama. Seperti ini foto lukanya.



Di foto-foto itu tidak terlalu jelas lukanya, tapi pada saat aku lihat di hape, itu ada bekas cengkraman kuku gitu, dan kulitnya sampe terkelupas kecil-kecil gitu loh, kalian paham kan kalo kulit kalian kena kuku yang di tekan atau di cakar gitu. Ya kayak gitu deh lukanya, itu sempet ada yang sampe berdarah. Dan yang hidungnya sempat dijotos itu bengkak sampai beberapa hari (ini nggak ada fotonya, biar nggak ke expose mukanya.

Setelah capek nangis, Melati akhirnya menghubungi kakaknya, cewek –sebut saja Mawar. Melati tidak mau menghubungi orang tuanya langsung, dia malu kalau harus menceritakan permasalahannya. Malu karena hanya masalah laki-laki saja bisa sampai seperti ini. Melati cerita apa yang sudah dia alami, dan otomatis marah lah si Mawar ini. Mawar tidak terima, dan akhirnya Mawar lah yang menceritakan semua ke ayahnya.

Langsung ayahnya Mawar dan Melati semuanya indah ini marah, bisa-bisanya anaknya dipukuli, bayangkan seorang ayah yang mendengar putrinya dipukuli oleh orang asing, padahal putrinya tidak bersalah apa-apa. Langsung meluncurlah orang tuanya Melati –beserta Mawar dan suaminya- ke Kota ******. Sebelumnya kita panggil saja kakak ipar nya Melati ini dengan sebutan Mas Alah.

Sampailah di Kota ******, kemudian Mas Alah meminta Nomor WA nya Saepul pada Melati, kemudian dihubungilah si Saepul. Mas Alah bilang pada Saepul bahwa mereka minta ketemuan di sebelah Polsek ******. Setelah ditunggu, Saepul pun datang, tapi ternyata dia tidak sendiri, si Paijah juga ikut. Langsung dimarahilah mereka berdua oleh si Ayah Melati, beliau bilang ingin dipertemukan dengan orang tua si Paijah, tetapi awalnya Paijah menolak, jadilah ayah Melati bilang, kalau tidak mau, ya sekalian saja masuk ke Polsek. Akhirnya seperti orang cupu lainnya, Paijah mau mempertemukan dengan orang tuanya.

Setelah sampai di rumah paijah sekitar jam 5 sore, hanya Ayah Melati dan Mas Alah saja yang masuk. Mawar Melati semuanya indah dan ibunya menunggu di mobil. Saepul dan Paijah masuk, kemudian mengalirlah cerita itu, dan semua kronologinya, beserta menunjukkan luka-luka yang sudah di didapatkan oleh Melati, dan bukti chat dari Saepul. Langsung lah ayahnya Paijah yang notabene nya merupakan dosen Kampusnya Melati memarahi habis-habisan si Paijah dan Saepul. Durasi waktu di rumah Paijah ini selama 2 jam. Ketika akan pulang, ibunya Paijah ikut mengantar ke mobil dam menangis-nangis sambil memeluk dan mencium Melati karena merasa bersalah kepadanya.

Bagaimana dengan Saepul?

Ayah dari Saepul sudah dihubungi juga oleh Mas Alah, dan rumah Saepul ini hanya berbeda desa dengan rumahnya Melati. Ayahnya Melati –yang notabene nya adalah Ustadz kondang yang biasanya juga sering mengisi ceramah islam di mana-mana. Pernah diundang pula untuk mengisi pengajian di Pondok pesantren di daeranya Saepul, dan otomatis orang tuanya Saepul tahu. Orang tua dari Saepul pun juga sudah pergi ke rumah Melati untuk meminta maaf.


Fyi, Melati punya paman –sebut saja Om Pong. Rumah Om Pong ini sebelahan dengan rumahnya Melati, dan Om Pong merupakan adik kandung dari ayahnya Melati. Beliau yang pertama kali diberi tahu tentang kasus ini oleh ayahnya Melati. Lalu apa hubungannya dengan Om Pong?

Om Pong merupakan teman dari Rektor Kampus-nya Melati. Dosen-dosen yang mengajar di Kampus tersebut sebagian besar adalah teman dari Om Pong, dan yang paling sakit, ternyata ibunya Paijah dulu ketika kuliah merupakan adik tingkat dari Om Pong. Om Pong adalah salah satu Koentji.

Om Pong sendiri dari awal sudah menginginkan kasus ini untuk dibawa ke jalur hukum. Beliau juga sudah menghubungi pihak kampus untuk membicarakan perihal masalah ini. Tapi apa tanggapan dari sana? Yap, Kami tidak diperbolehkan untuk melapor ke polisi. Alasannya ya lebih baik diselesaikan secara kekeluargaan terlebih dahulu.

Tetapi setelah dilakukannya diskusi dengan pihak keluarga kedua pelaku, Kampus sampai saat ini masih belum memberikan tanggapan lebih lanjut. Jadi untuk sanksi yang akan diterima oleh Paijah dan Saepul belum ditetapkan. Sampai saat tulisan inipun sudah dipublikasikan, Melati masih belum mendapatkan panggilan dari pihak Kampus untuk kelanjutan kasus ini.

______________________________________________________________________________


Menurut opiniku ya, kalau aku yang jadi Melati, aku akan kasih 2 pilihan pada pihak Kampus. Masuk ranah hukum atau mereka berdua di Drop Out. Kalian kan sudah tahu, di setiap Kampus yang punya masalah atau kasus yang menyangkut mahasiswa, staff ataupun dosen-dosennya, pasti meminta untuk diselesaikan secara kekeluargaan (terutama kalau kasusnya tentang kekerasan fisik dan kekerasan seksual, intinya yang nggak sampai menyebabkan kematian). 

Contoh nih, kasus pelecehan seksual di UGM yang sampai viral itu, aku ngikutin dari awal sampai akhir lho. Dan baca dari semua perspektif. Akhir dari kasusnya gimana? Yak betoolll… diselesaikan secara kekeluargaan. Yang paling bikin kesel apa? Rektornya pun ikutan menyalahkan si korban, waw sekali ya Pak Rektor.

Kenapa kok Kampus mendesak untuk diselesaikan secara kekeluargaan?

Ya karena mereka nggak mau nama baik Kampus jadi tercoreng, kalau tercoreng bisa mempengaruhi akreditasi, kalau akreditasi turun otomatis mempengaruhi kredibilitas lulusan, kalau mempengaruhi kredibilitas itu bisa berpengaruh dalam mencari kerja. KATANYA.

Tapi ada juga Kampus yang memang memberikan sanksi yang sesuai, seperti UII Yogyakarta, yang tahun 2017 kalau nggak salah, ada kasus kekerasan yang sampai menewaskan 3 korban ketika ikut kegiatan Mapala. Pelaku yang merupakan panitia kegiatan tersebut diberikan sanksi apa? Bui tentu saja. Bapak Rektor UII pun mengikuti proses penyelidikan dan tidak ada unsur sama sekali membela, malah beliau memberikan keterangan yang memberatkan tersangka, padahal jelas kegiatan tersebut merupakan kegiatan resmi di Kampus. Nggak perlu lah takut nama kampus tercoreng, toh yang salah orangnya, bukan Kampusnya. Kalau cara penanganan suatu kasus itu adil dan sesuai, pasti dampak baiknya juga bakal balik ke Kampusnya kan.

Kenapa Kampus lainnya tidak ada yang ingin mencontoh UII? Bahkan sekelas UGM pun sangat lamban sekali dalam penanganan. Aku yakin kalau kasus pelecehan seksual tersebut tidak viral, UGM akan lepas tangan. Aku tidak menyalahkan Kampusnya, aku menyalahkan cara pihak Kampus yang terkesan tidak peduli terhadap korban.

Begitupun dengan Kampus si Melati ini, bernegosiasi untuk diselesaikan secara kekeluargan alasannya juga karena masalah akreditasi. Ah, basi.

Fyi, si Paijah ini pernah menjadi santri selama 6 tahun. Mereka pas ngelakuin kayak gitu tuh emang sumbu pendek banget ya, nggak mikir panjang gimana seandainya keluarganya tahu, gimana seandainya temen-temennya tahu, gimana seandainya saudara-saudaranya tahu. Apa nggak mikir bakal malu-maluin mereka semua. Udah di didik dari kecil biar jadi anak yang berguna, malah jadi kayak orang yang nggak berpendidikan hanya  karena masalah percintaan.

Damn, inilah kenapa aku sangat menghindari hal-hal seperti pacaran, karena aku malas dengan semua dramanya.

Pelajarannya, siapapun kamu, dimanapun kamu dibesarkan, seperti apa latar belakangmu, selama bukan dirimu sendiri yang berkeinginan untuk berubah, ya kamu nggak akan kemana-mana. Stuck.

Sorry ya semuanya aku sensor dan pakai nama samaran untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, yang mungkin bisa berakibat merugikan keluarga besarku juga.

Yang jelas kemarin-kemarin waktu aku pertama kali mendengar cerita ini, aku hampir kalap dengan cara mau nyebarin ke Medsos semua identitas dan foto-foto sang pelaku. Man, I have their social media, I know their faces, tinggal share aja udah BOOM, biar netizen yang bertindak. Tapi setelah aku berpikir panjang, apa bedanya nanti aku dengan mereka berdua?

Kemarin sempat tanya pada Melati tentang orang tuanya si Paijah ini gimana dengan sanksi yang akan diberikan pada anaknya. Dan keputusan orang tuanya Paijah adalah, mereka bersedia jika ini diselesaikan melalui jalur hukum, agar Paijah bisa jera katanya. Mannnnn, aku malah kasihan banget ke orang tuanya si Paijah ini. She have a good parent, tapi kenapa kelakuan dia kayak 💩

Fyi, ayahnya Melati nggak cerita ke keluarga besar kita, karena beliau mungkin sungkan dan nggak mau ngerepotin. Tapi kalau udah masalah kayak gini kan bukan main-main lagi, keenakan dong ntar pelaku-pelaku kekerasan bisa ngelunjak kalau tidak ada tindak lanjut yang jelas.

Tapi kemarin aku dikabarin sama sepupuku yang lain, dia bilang kalau orang tuanya which is tante sama om ku udah tau juga masalah ini. Dan om ku ini –sebut saja Om Bre, dia bekerja sebagai aparat kepolisian di pulau tetangga.

Terusss, hari ini aku dapat kabar dari Melati, dia tadi di telpon ibunya kalau keluarganya Melati mau ke Kota ****** lagi buat jenguk Melati untuk nyelesaiin masalah (karena sampai hari ini pihak kampus belum memberikan info apapun terkait kelanjutan kasus ini). Pas Melati ketemu keluarganya, dia kaget ternyata ada Om Bre dan temannya. Dan jengjengggg mereka mau ke Polres ****** untuk ngurusin kasus ini. WKWKWKWKWKWK GOKILLLLLLLL.

Sekarang semua terserah pihak keluarga Melati dan Melati nya sendiri mau bagaimana, aku di sini sebagai saudara hanya bisa mendukung apapun keputusan yang akan mereka buat. Ini adalah sebuah pelajaran dan ujian untuk Melati dan keluarganya. Allah sayang sama mereka.

Hope you get well soon, sister. We’re (all your bros and sis) always on your back. Cheers~

Ahhhh…

Untuk Paijah dan Saepul, sayang sekali, kalian berurusan dengan orang yang salah 😊