Pages

Pluto

Desember 31, 2017






December 31st, 2017.


Setelah bertahun-tahun lamanya

Siklus tetap berputar dilingkaran yang sama

Diriku yang hanya bisa diam menunggu

Apakah luka akan sembuh seiring waktu

Engkau yang selalu pergi dan berlari

Layaknya pluto yang telah meninggalkan matahari

- Esti Viriana -

Monster Day

November 13, 2017

MONDAY
Nov 13th, 2017

Seperti yang kalian tau bahwasannya singkatan Monday adalah Monster Day. Ya. Hari ini itu seharusnya gue free, soalnya minggu ini jadwalnya gue UAS, dan seharusnya hari pertama UAS itu masih besok. Awalnya niatan gue pagi ini mau konsul judul ke dosbing 2 -dosen pembimbing 2- gue yang mana ternyata setelah dikonfirmasi beliau nggak bisa. Akhirnya niatan gue yang mau ngebo seharian sambil nyemilin Lays -Nori Seaweed Flavour- terwujudkan muehehehe.
Tapi kemudian ada chat dari Whatsapp group kelas gue kalau ternyata pkl. 13.00 WIB itu ada kuliah Metodologi Pendidikan -gue gak pernah nyambung sama nih matkul- btw ini dosen selalu php sih, udah 3x gue sama anak-anak sekelas itu kena php karena gak jadi kuliah. Makanya gue kali ini males banget yang mau kuliah. Tapi karena Alhamdulillah sang iblis kalah dan malaikat yang menang akhirnya gue berangkat kuliah. And you know what? Setelah masuk kelas, gue gak nyangka banyak bangku kosong, wahhhh sialan anak-anak pada bolos. Dan gue menyadari sesuatu bahwa ternyata iblis mereka lebih kuat dari iblis gue. Tokai.
Mungkin iblis-iblis mereka merupakan salah satu dari 7 Deadly Sins. Bodo amat dah.
Intinya selama kuliah tadi, gue nggak ngerti apa-apa dan fokus gue cuma baca wattpad. Enggak ding, gue bohong pada bagian "nggak ngerti apa-apa" bikos gue ngerti sebagian. Ya bapak dosen sedang mengajar tentang rumus Mean, medium, modus, etc. Ya semacam itu lah, yang mana gue pernah belajar hal tersebut di jaman poetih aboe-aboe. Tapi gue nyambungnya cuma bagian modus doang sih, contohnya modus-in brondong. Cihuyyyy.
Trus tiba-tiba di akhir beliau ngasih tugas, for god's sake, kami mau UAS dan masih sempetnya ngasih pesangon tugas sih bapak! Duhhh gusti pangeran. Materi UAS aja gue belom belajar. Dan sekarang gue masih sempet-sempetnya ngetik ini.

Yang salah disini siapa coba?
Gue?
Oke.

Besok UAS-nya jam 1 siang, jadi paginya gue ada rencana mau konsul judul. Plisss doain gue, ini tinggal dosbing 2 aja yang belom acc dikarenakan judul awal gue yang udah di acc sama dosbing 2 itu ditolak mentah-mentah sama dosbing 1. Akhirnya gue ganti judul lagi, dan udah acc dari dosbing 1 sekarang susahnya minta ampun ke dosbing 2, banyak banget syaratnya. Munyer-munyer nggak tuh? Lemparin terus lemparrrr. Gue terpontang-panting seperti bola pingpong, kalau lewat membikin perut kosong, jadi anak janganlah suka bohong, kalau bohong digigit sapi ompong (ini judul lagunya bakso bulat).

Gue sama dosbing 2 tuh disuruh stupen -studi pendahuluan- dulu buat lihat ada enggak nya responden yang mau gue teliti. Ya kan seharusnya itu prosedurnya nih ya :

Pengajuan judul ➡ acc judul kedua dosbing ➡ tim verifikator ➡ acc kelayakan judul ➡ minta surat untuk stupen ➡ stupen ke wilayah penelitian.

Gitu urutan yang SEHARUSNYA dari kampus. Nah ini suruh stupen dulu padahal belum ada surat ijinnya, yaudah akhirnya gue nekat stupen dulu tanpa surat ijin, dan dibantuin sama temen gue stupen ke tempat dia penelitian juga (karena kita beda judul jadi nggak apa-apa tempat penelitiannya sama). Alhamdulillah gue dapat sambutan baik di sana, ini gue stupen di wilayah Singosari, lumayan jauh dari kota Malang, sekitar 1 jam ditempuh tanpa macet. Akhirnya gue dapet responden sesuai dengan judul gue. Dan yah, semoga besok ada malaikat yang bisikin ke dosbing 2 gue supaya bisa acc. Biar lega gitu maksutnya. Ntar gue kan ada leyeh-leyeh dikit kalau udah acc, sambil nyusun bab 1 sampai bab 3. Wenaaakk.

Gue akan ceritain gimana jalannya skripsi gue dipost-an selanjutnya. Sekarang saatnya Caw~




Gutbay, adios, anyung, wassalam :)

Djakarta ( + Behind The Story )

Januari 07, 2017





Djakarta, Desember 2016

"Good morning Ibu kota"

Tulisku pada status Blackberry Messenger setelah pagi menyapaku di kota yang penuh dengan kemacetan ini.
Tak seberapa lama berselang, ada notifikasi yang masuk.
Aku mengernyit setelah membaca nama seseorang yang mengirimkan pesan kepadaku.

'SAHABA'

Ada apa? Batinku keheranan.
Tapi tak urung aku membuka pesannya.

-----

Lagi di Jakarta, Est?


Iya mas, ini sedang berada di Masjid At-Tin Taman Mini


Oh... Ada acara apa ke Jakarta?

Ada jatah liburan akhir tahun dari kantornya Ayah. Jadi sekeluarga diajak.


Kalau mampir ke Istiqlal atau Monas kabari saja, nanti aku kesana.

-----

Deg.
Kenapa tiba-tiba?
Setelah beberapa tahun tidak saling berkomunikasi atau melempar kabar, dia datang tanpa tedeng aling-aling meminta bertemu. Maksut perkataannya begitu kan?

Jujur, aku selalu bersikap canggung ketika bertemu dengan seseorang yang tidak aku kenal dekat. Apalagi ini merupakan lawan jenis. Aku bingung topik apa yang akan aku bicarakan saat kami bertemu nanti.
Dia bukan tipe orang yang ramai, tetapi dia supel. Dan tampan. Batinku meneruskan.
Ah. Aku sudah tidak peduli dengan yang terjadi nanti apabila kami bertemu. Biarlah semua mengalir apa adanya.
Dan aku pun menyetujui ajakannya.
Aku pikir percakapan dalam bentuk chat tersebut akan berakhir sampai disitu saja, karena aku sudah menjawab dengan final tanpa melempar balik pertanyaan.

Oke mas.

Ternyata dugaanku salah.

-----

Selama berada di Ibu kota ini, aku dan mas Saba —nama panggilan Sahaba— selalu terlibat dalam percakapan lewat pesan Blackberry Messenger. Mulai dari berbicara tentang tempat wisata di Jakarta, sampai menyerempet ke 'gebetannya' yang merupakan temanku.
Kami asik bercengkerama dan saling melempar keluh kesah tanpa sungkan. Dia penghibur disaat suasana hatiku sedang buruk dalam menghadapi kekeras kepala-an orang-orang rombongan yang ngeyel pergi ke Ancol dimalam tahun baru. Macet cuk.
Tapi karena aku bukan siapa-siapa dan rombongan mengikuti suara terbanyak, jadilah kami para rombongan menuju ke Ancol.

Dan blarrr...

Sesuai dugaanku, macet tak terelakkan. Orang-orang seperti sedang berlomba-lomba untuk datang kesini. Seketika suasana hatiku bak roller coaster yang sedang berada di atas kemudian langsung dijatuhkan, tanpa memakai sabuk pengaman. Sehingga jatuh terpental entah kemana.

Malam tahun baruku serasa hancur, aku dan keluargaku memutuskan untuk istirahat di masjid disekitar Ancol, mungkin sampai pagi. Tidak ingin mengikuti euforia mereka, para pemburu bunga langit.
Rasa lelah, letih, kantuk, dan suasana hati yang jelek seakan memperburuk keadaan. Tapi kemudian ada suara notifikasi pada ponselku.

Ya. Kau tau siapa orangnya.

-----

Kenapa nggak mencari tempat penginapan saja?
Pasti di sana ramai.


Nggak tau.
Ramai. Berisik. Bad mood.


Ha ha ha... Besok habis dari Monas kalau dibolehin sama Ayahmu, aku mau ajak ke Kota Tua. Biar pulang ke rumah nggak benci-benci banget sama Jakarta :D

Owh… baik sekali. Batinku.

Aku sanksi Ayah mau mengijinkan aku pergi, karena yang pertama di sini kami ikut rombongan yang secara otomatis harus mengikuti aturan. Yang kedua, ini Jakarta.

Ada apa dengan alasan yang kedua? Ini memang Jakarta, Esti…

Banyak orang jahat. Katanya. Di TV wkwkwk

Kan sama aku. Hahaha

Hng… Nanti aku tanya dulu deh mas.

Oke

-----

Sudah cukup, kalau dilanjutkan aku takut tidak bisa tidur.
Dan tanpa sadar tiba-tiba terompet dan kembang api saling bersaut-sautan di mana-mana. Kemudian aku melihat ponsel dan memperhatikan waktu yang tertera pada layar lockscreen ku.

Sunday. Jan 1st, 2017

Tanpa sadar aku mengetikkan kata untuk seseorang dan kemudian mengirimkannya.

"Selamat tahun baru mas Saba :)"

Dan kemudian kegelapan menghampiriku. Aku terlelap.


~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~


Wow finally I post this cheesy thing lol. Ini diambil dari kisah nyata dan ditambah dengan bumbu-bumbu cheesy ala-ala cerpen eakkkk.

Ini ceritanya tuh, pas aku lagi ikutan tour sekeluarga, terus kebetulan ada punya kenalan di Jakarta. Namanya mas Saba (nama disamarkan wkwk), dan benar kalo dia ini gebetannya temen kuliahku, dan aku kenal mas Saba ini ya dari temenku ini. Kebetulan kita ada acara maen bareng waktu itu di Pulau Tabuhan, Selat Bali. Terus mas nya enakan, supel gitu jadi bisa cepet akrab sama aku dan temen-temen yang lain.

Padahal aku tuh bercandaan doang kan nanyain mas Saba ini jomblo atau enggak, eh kata temenku jomblo wkwk. Maklum cuy kalo ngeliat yang bening plus baik rasanya pengen bawa ke rumah terus bilang sama ayah & ibu "Ini calon mantu". WKWKWKWK fakkkkk ngakak...
Eh nggak taunya temenku sendiri yang ngegebet, dasar! Awalnya aja sok jual mahal kagak mau, ternyata diembat juga hmmmm......

Untung aku anaknya nggak baperan, jadi pas mas Saba itu ngajakin ketemu pas di Jakarta, itu beneran. Dan temenku tau kalo aku ketemu mas Saba di sana, hahaha aku pamerin deh. Tapi emang dasarnya aku orangnya ngocol ya, jadi temenku ini nggak ngefek mau aku kencan sama mas Saba atau mau kemana kek, dia oke oke aja. Emang kayaknya aku nggak ada tampang-tampang pelakor (Naudzubillah ishhh).

Yodah aku dan mas Saba ngobrol biasa kayak temen lama yang nggak pernah ketemu, padahal kami ketemu cuman pas maen di Tabuhan itu doang, habis itu nggak pernah kontak-kontakan lagi buset. Sumpah aku ngerasa bersalah pas pertama kali mas Saba ngechat di BBM nanyain kalo aku lagi di Jakarta. Itu bener-bener aku udah lupa wajahnya mas Saba itu yang mana YaAllah... (Maapkeun ya mas, sori dori mori, memori otakku memang sebobrok itu huhuhu). Jadilah aku searching di Instagram, ketemulah fotonya, baru deh inget wkwkwk.

Kami ketemuan di Monas doang itu aja bentar banget soalnya kalo ikutan rombongan kudu gercep, karena nggak enak sama rombongan, nggak jadilah aku ikut ke kota tua. Mepet banget waktunya cuy, itu hari terakhir di Jakarta soalnya. Di Monas aku juga ketemu sama mbak Devia (temen SMP ku). Nggak nyangka ternyata temenku banyak juga yang di Jakarta muehehe, apalagi sekarang, kakak sepupu ada yang tinggal di sana juga. Jadi enak deh mau nonton konser WKWKWK.

Oiyaaaa, dicerita ini kan cheesy banget ya. Nah emang konsepnya gitu, ceritanya tentang cewek yang 'baper' sama seorang cowok. Di cerita yang sebenarnya, aku sama mas Saba malah bacot geje gitu, nggak ada tuh cheesy-cheesy nya apalagi baper-bapernya wkwkwk, tapi karena cerita ini harus sesuai konsep yang aku buat, jadi aku rubahlah beberapa percakapan biar terlihat 'baper' nya. Begindang pemirsa.

"Kamu aslinya baper nggak sama mas Saba?"

Jawabanku. Enggak. Wkwkwkwkwk.
Soalnya cuy aku udah belajar banyak dari temen-temen ku yang cowok, dan dari adek sepupuku yang cowok juga. Jadi bisa bedain mana yang harus dibaperin dan mana yang aslinya emang care. Dan mas Saba ini care nya ya emang karena dia baik sama semua orang, nggak cuman ke aku doang.

"Tapi kan dia ganteng est, masak nggak baper?"

Tonggggggg, la emang tiap ada cowok ganteng ane kudu baper gitu? Ihhhh ya enggak keleesss.
Palingan gue cuman mengagumi aja, kayak yang "Wah ganteng, manis, cool". Udah.
Dan fyi yaaa, selama ini aku naksir cowok itu nggak ada yang ganteng, dari SMP naksir cinta monyet gitu tapi dianya nggak ganteng, dari kelas 7 - kelas 9 aku taksir tapi aku enggak mau pacaran, takut wkwkwk.Ttrus SMA juga gitu cuy, naksir seseorang karena sekelas pas MOS dan setelah itu pas pembagian kelas enggak pernah sekalipun sekelas bareng, dari kelas 10 - kelas 12, dan aku dengan diamnya naksir dia selama 3 taon. Taikkkk. Padahal bukan masuk kalangan orang ganteng atau populer. Aku kalo naksir cowok, pertama lihat langsung kayak dibuat penasaran gitu, jadi sukanya yang modelan kayak begindang wkwkwk, makanya walopun suka juga ngeliatin cogan cuman ngefans doang gitu (aduh kalo inget pengen ngakak).

Dan herannya, tiap aku ngefans sama cogan mesti bisa jadi deket gitu, temenan yang bro banget gitu cuy. Ehalah ternyata otaknya bobrok juga. Maka dari itu ane baper sama cowok ya cuman sama 2 orang yang aku taksir itu. Tapi sekarang udah nggak naksir siapa-siapa sejak 3 tahun yang lalu. Bukannya pilih-pilih, tapi belom mau ngerasain 'baper' lagi. Capek cuy kalo kudu ngalamin fase-fase gituan tapi sebenernya kitanya belom siap untuk berkomitmen. Karena aku masih berusaha jadi orang yang lebih baik, dan masih mencoba mengenali diri sendiri serta mencari pengalaman kerja jadilah aku nggak mengejar waktu untuk begitu-begituan dulu wkwkwk.

"Kenapa kok ngangkat cerita tentang mas Saba ini kalo nggak baper hayo?"

Sebenernya pengen banget buat cerita dengan latar tempat di Jogja, secara itu kota favoritku huhuhu. Tapi karena terakhir kali aku ke Jogja itu tahun 2015, dan itupun sama temenku yang cewek, trus disana aku juga ketemu sama temen-temen SMA ku yang kuliah di sana, 2 orang cowok semua.
Trus mau aku buat yang romantis di sana bingung cuy, karena aku cuman sehari doang di Jogja dan cuman ke Malioboro, trus ke Pantai Parangtritis, malemnya makan di warung lele atau apa gitu (Enak sambelnya), trus terakhir ke Tugu Jogja, habis itu aku sama temenku ini dianterin temen-temen yang cowok-cowok ini pulang ke rumah temenku yang lain dan emang anak Jogja. Nah mau buat latar yang romance tuh bingung cuy, soalnya di sana having fun banget aku, Jogja emang nggak pernah mengecewakanku. Nah karena di Jakarta aku udah badmood pas kejadian di Ancol, dan pas nyampe Monas juga rame + panas bangetttt, jadilah aku bikin cerita yang di Jakarta, biar menghilangkan rasa keselku pas di sana. Makanya biar ada kenangan manisnya gitu ya walopun cuman fiksi (Eh nggak ding, aku bener-bener ngucapin makasih banyak buat mas Saba, bener-bener balikin moodku yang ancur, karena aku ada temen yang bisa diajak ngobrol, trus masih ketemu temen SMP ku juga, tambah seneng deh, soalnya di bis nggak punya temen, jadi kerjaannya cuman ngebo-ngiler-bangun-ngebo lagi dst).

"Kenapa pake nama samaran SAHABA?"

Maunya ku namain SAHABAT, tapi kok 'enggak banget' wkwkwk. Jadi aku hilangin huruf T nya. Karena mas Saba tuh tipikal temen yang setia kawan dan care, baik juga, trus kalem, aku sampe sungkan sendiri karena aku rame banget anaknya -__- 
Ya begitulah, walopun cuman kenal sekilas dengan mas Saba, dan nggak tau aslinya kalo kumpul sama temen-temennya kayak gimana wkwk, tapi dia udah baik. Dan seperti yang diajarkan oleh Ayahku, kita harus menghargai orang-orang yang udah baik sama kita. Makanya kalo ada orang yang baik sama aku, aku nggak tanggung-tanggung juga baikin dia. Selama dia bisa dipercaya dan bukan tipikal orang menusuk dari belakang, bakal aku apresiasi. Nah mas Saba ini termasuk orang baik dari banyaknya orang-orang baik disekitarku, makanya cocok banget kalo jadi seorang sahabat (Tapi kalo mas Saba pengen yang lebih dari sahabat, adek siap. WKWKWKWK Masih aja ngalus, tampol aja tampol diriku ini yang suka khilaf menggombal).


Okedeh begitulah behind the story dari cerita ini. Semoga kalian tidak muntah membacanya.

Good Night and BYE!